SURAT CINTAku untukmu ...

Aku Bersamamu

            Aku tak pernah menghitung hari, tapi aku merasakannya. Mungkin hari ini adalah puncaknya. Tak berharap segera, tapi semoga engkau akan membacanya suatu hari. Dan hari itu...semoga engkau telah kembali.. 


Menghela nafas panjang. Itu yang bisa aku lakukan. Ketika mendengar kabar ini dan itu tentangmu. Bukan baru saja, tapi sudah sejak lama,  aku memilih diam. Aku lebih mempercayaimu daripada perkataan orang lain. Seperti yang pernah kau katakan kepadaku.

            Mungkin hampir satu tahun sejak pertama kali mendengar kabar tak enak tentangmu. Terus menerus aku kikis pikiran buruk itu, hingga yang menjadi obatnya adalah ketika bertemu denganmu, tersenyum, bercanda, dan membahas hal-hal menarik lainnya. Hilanglah dirimu yang dibicarakan orang-orang itu dalam pikiranku.

            Sampai suatu kali, aku mendapati apa yang dibicarakan orang-orang adalah benar. Melihat dengan tatapanku sendiri. Apa yang aku pikirkan ? aku berpikir ini hanya sesaat, kamu akan kembali lagi pada lingkungan kita sebelumnya.

            Begitulah...terus-menerus terjadi. Hingga kabar yang berhembus semakin kencang di telinga ini tak hanya bersumber dari mulut-mulut yang dekat, tetapi mereka yang kukira tak akan peduli pun menanggapi perubahanmu. Kamu tau ? aku tetap berpositif. Aku menunggumu memberiku penjelasan tentang semua apa-apa yang mereka katakan. T_T . Karena takutnya aku menyinggung perasaanmu, tak pernah sepatah katapun keluar dari mulutku kecuali nada yang datar. Baik ketika dihadapanmu ataupun didepan mereka yang membicarakanmu.

            Awalnya marah, tapi aku kemudian sadar, bahwa itu juga karena kesalahanku. Kesalahanku yang tak memegang tanganmu dengan erat, sehingga kau terlepas dan menerima uluran tangan yang lain. Jika kau mau mendengar, ada banyak sekali kata maaf yang ingin ku sampaikan,...

Maaf, untuk adanya aku..untuk takdirmu bertemu denganku dalam keadaan diriku yang masih buruk ini..

Tak mampu menjadi teman sebaik yang engkau harapkan, tak mampu menjadi seramah yang engkau inginkan, tak mampu seaktif dirimu dalam organisasi, dan tak mampu - tak mampu lain yang membuatmu kecewa.

Maaf, untuk tak pernah ada ucapan selamat ulang tahun ataupun kado, aku menahan rasa inginku yang sebenarnya, aku terus mencoba menjaga prinsip, karena perbuatan itu memang tidak pernah diajarkan dalam agama kita.

Aku juga ingin menjadi yang selalu ada, seperti harapan-harapanmu. Tapi, apalah aku...

            Baru kemarin kudengar, temanku yang cantik itu, sekarang terlihat berbeda. Kerudung menutupi dada, setelan rok panjang dan gamis yang biasa dipakainya tersembunyi entah kemana, berganti dengan cardigan dari bahan kaos, kerudung tipis diambang dada, dan baru sekali ini kudengar roknya yang menjadi ciri khas telah berganti dengan celana. Semoga cukup sampai di sini dan aku mengharapmu kembali...
            
             Hari yang diceritakan seorang teman itu telah membuat panas telingaku, dan rasanya ingin meledak hingga air mata ku turun dengan deras. Aku bukan marah padamu, tidak.... , aku marah pada diriku sendiri yang tak bisa menjagamu, memegang erat tanganmu. Apalagi saat dia katakan, beberapa orang memandang sinis atas perubahanmu. Aku miris,...aku ingin sekali kau kembali.. dan semoga engkau segera kembali.
            
             Akupun mengirim pesan kepadamu, setalah berfikir cukup lama untuk kukirim atau tidak. Kuhapus dan kutulis lagi. Kutunggu semalaman dan tidak ada balasan....
            
              Hingga siang itu, tertulis namamu dari inbox yang masuk, kubaca... kemudian aku menangis di tengah orang lalu lalang di perpustakaan kampus, duduk sendiri, dengan mengusap air mata di meja pojok. Aku malu... tapi tak bisa kutahan air mataku... aku berusaha membesarkan hati dengan mengingat-ingat semua hal-hal baik yang kau lakukan. Aku tau kau tak akan pergi jauh, meskipun sekarang kau sudah berada di sana, aku tau kau akan kembali lagi...
            
 Kemudian aku ingat sebuah kata mutiara yang pernah ku broadcast.

:: Bersabarlah untuk tetap bersama orang-orang yang gemar melakukan kebaikan,meskipun mereka pernah melakukan kesalahan. Sebab, kesalahan yang mereka perbuat belum tentu menggerus kebaikan-kebaikan yang pernah mereka lakukan. Dan mereka tetaplah orang-orang baik.::

            Begitulah aku kepadamu... yang ku utarakan memang tak mewakili semuanya. Tapi...aku mencoba menaruhnya dalam do’a. merangkulmu lewat do’a. semoga engkau segera kembali, lekaslah. Aku menunggumu... 

             Ingin sekali menjadi seperti dandelion cantik ini, meski rapuh, gugur karena diterpa angin, tapi ia mampu dan mau untuk memekar kembali menjadi bunga yang indah. Semoga kita bisa berasama-sama...              


Dandelion


                                                                                         Perpus Kampus, 19-06-2014
               Dengan berlinang air mata cinta untuk saudariku...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Masih diperjalanan

Salah Tujuan