Salah Tujuan

Ketika hatimu berharap, namun yang datang bukanlah yang sesuai harapan

Aku yang salah, tak sebaik itu  mempersiapkan diri

Sehingga belum pantas untuk di dampingi.

Yaa Ghafur... Yaa Latif....

-----------------------------------------------------

Ada,

Teman kuliah dulu, waktu di Semarang.

Harusnya aku sadar, kalau dari awal orang itu sudah memberikan isyarat

dan seperti biasa, aku yang tak sebanyak itu percaya dirinya, menepis apa yang di depan mata

Terlebih, orang itu tidak sesuai kriteriaku (idealismenya sulit dipatahkan, terlalu menggebu-gebu, dan dia orang jauh, dari  daratan Melayu sana).

Ketika dia menyukai seseorang, dia akan berusaha keras untuk memperlakukannya dengan sebaik mungkin, itu yang terlihat dan kata mbak Yen juga begitu.


Puncaknya di Februari kemarin, sebelum sidangku yang mendapatkan dukungan penuh dari keluarga dan teman-teman. Termasuk dia.

Yang selalu berusaha membantu sebiasanya, terutama masalah sistem di kampus. Karena dia cukup kenal banyak orang di UNNES, tempat kerjanya beberapa tahun terakhir. 


Hari itu,

Tiba-tiba dia menciptakan kegaduhan di ruang Pak Yeri (Kaprodi).

Saat aku dan beberapa teman yang lain mempersiapkan berkas pendaftaran ujian.

"Mau tah sama aku ?" begitu tanyanya.


Waktu itu aku sepenuhnya sadar, bahwa dia tidak sedang bercanda.

Awalnya ku pura-pura tidak mendengar, tapi dia bertanya lagi.


Hingga seluruh yang ada di ruangan memandang kita, termasuk pak Yeri.

"Apalah mas ini ...." batinku.

Kemudian kujawab, "G tau mas ...".


tapi, dia masih melanjutkan dengan pertanyaan berikutnya yang kemudian kutanggapi dengan bercanda.


-----------------------------

Di hari yang lain,

Saat hari ujianku, 

Terniat  untuk ijin datang menemani,

"jangan", kubilang begitu.


Kebetulan aku pindah ruang ujian, aman alhamdulillah, pikirku. 

Sampai pada saat ujianku selesai, dan aku menuju lift untuk ke ruang ujian mbak Widya.

Taraaaaa.... kaget sekali tiba-tiba berpapasan.


Ditanya bagaimana ujiannya dan lain-lain. 

Sebisa mungkin aku berusaha cepat pergi dari tempat kita berdiri.


------------------------------------------------------------------

Setengah jam, dan beberapa menit berikutnya.

Aku kembali ke ruang sidang karena barang-barang masih disana.

dan juga karena membantu bu Beti yang akan mulai ujian juga.


Tapi...

Astagfirullah,....

Orang itu dan teman-temannya masih di sana,


Jadi begini, 

Jujur, di sebelumnya dia bertanya  kemudian ku jawab tidak tau... 

itu karena aku berfikir memang jodoh itu rahasia Allah.

Saat aku menjawab pertanyaannya mungkin memang aku tidak ada rasa sama sekali.

Tapi, aku tidak ingin mendahului, karena ketika ternyata Allah menakdirkan, maka "Kun".


Tapi setelah sebegitunya perlakuannya kepadaku, justru malah semakin tak berniat.

Aku jengkel karena orang itu terlalu pushy dengan pertanyaan dan perlakuannya.

Mulai dari dia bilang ingin datang ke rumah, Membawakan barang-barang waktu di kampus. Membayar makananku di kantin. dan lain-lain.

Aku risih, 


--------------------------------------------------

Sampai saat di ruang sidang tinggal aku dan bu Beti, kemudian dia mengajak bicara.

Lagi-lagi bertanya, "mau ndak smaa aku ? "

Masih belum kujawab.

Dia lanjutkan kalimatnya, "apasih yang kita cari lagi, pekerjaan sudah ada, tinggal menata hidup, berkeluarga", koma tanpa jawabku.


"kamu mencari yang bagaimana ? yang mapan ? yang ganteng ? yang agamanya bagus ?" , jelas kujawab "ya iyalah mas, yang agamanya bagus".


dia melanjutkan, "kalo belum bisa menjawab, gimana kalau kita jalani dulu, biar kamu lebih kenal aku"

aku sedikit emosi, "maksudnya aku diajak pacaran ? jelas bukan prinsipku ". tapi hanya di dalam batin.

aku takut dia tersinggung ketika aku mengeluarkan jawaban, jadi kupilih diam.


dan akhirnya kujawab, "aku ndak punya jawaban mas, aku ndak tau."

masih juga dia menambahi, "aku yang akan pindah ke Bojonegoro...."

tapi anehnya kalimatnya itu bukan membuatku senang, malah semakin membuatku, " ahh..kok begitu keputusannya."


-----------------------------------------------

Datang hari-hari berikutnya lagi, sering sekali dia menyiratkan kabar lewat story pas kebetulan menjadi asesor di daerah Blora. 

sampai membuat kepikiran, takut orang itu nekat. 

"jangan tiba tiba muncul di rumah. jangan tiba tiba muncul di sekolah." , kataku.

dia dengan karakternya, sangat mungkin sekali untuk berlaku itu. 

dan itu membuat semakin tidak nyaman.


Lama -lama karena semakin keras keinginannya, kuhapus nomornya dari HP.

Sudahlah, aku yakin bukan dia.

Aku sudah selesai menyimpulkan, dari yang terjadi dan dibicarakannya.


Kenapa dia berfikir tentang apalagi yang akan dicari ketika sudah memiliki pekerjaan, selesai kuliah, dan hal-hal matang lainnya, selain menikah.

Tapi dia tidak pernah membicarakan tujuan, untuk apa kita menikah.

Mungkin menurut orang itu bisa dibicarakan sambil dijalani.

Tapi bagiku tidak, semuanya sudah harus jelas di awal.

Kamu punya tujuan apa dan bagaimana cara mencapainya.

Bagaimana nanti tentang dunia kita, dan lebih penting lagi bagaimana akhirat kita nanti.


Aku menikah bukan untuk satu hari dua hari, sehingga ketika aku jengkel dengan pasanganku maka itupun akan terjadi seumur hidup, jika tidak pernah ada penyelesaian. 

Tapi ketika kita punya tujuan, maka akan mudah untuk melewati setiap masalah.Saling mengingatkan, dan saling mendo'akan.


Itulah kenapa aku menyimpulkan kita tidak sefrekuensi.

aku memilih pergi darimu, meskipun kadang masih kamu cari lewat teman-teman;

Meskipun beberapa mendukung kita untuk bersama.

Tapi, yang menikah dan akan menjalani adalah aku, bukan mereka.


Aku... kadang begitu

Memilih pergi tanpa pamit

Karena takut kecewa, atau justru mengecewakan

Meminta orang lain tau apa yang dipikiranku, tanpa mengutarakan

Kadang ajaib memang

Introvert yang sudah mulai ambivert ini.


Semarang, April 2022











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Masih diperjalanan