TENTANG MIMPI DI HARI ITU



               Ayah  , ibu . aku menangis hari ini, anakmu sedih. Ketika aku berkaca pada diri ini yang telah diberi nikmat yang tak tehitung lagi, ketika Allah telah menciptakan kalian untukku, agar aku merasa tentram, bahagia dalam hidup, mendampingiku, mengajarkanku banyak hal, juga memberiku tanpa pamrih, kecuali kebahagiaan untuk diriku sendiri. 
           Ayah, ibu. Aku menangis hari ini, ketika aku mengingat kalian. Hari ini dan hari-hari panjang sebelumnya, tantu kalian kesepian tanpa kami(aku dan dan dua orang kakakku). Aku sering membayangkan, apa yang sedang kalian lakukan dalam hari hujan, tanpa hiburan kecuali setumpuk tugas-tugas kantor. Itu kah hiburan ibu ? itu kah hiburan ayah ? aku tak tau apakah kalian merasa cukup dengan itu. Bahkan sering kali aku berdoa agar kalian selalu diberi kesibukan, agar tak kesepian.
            Tapi ibu, aku di sini, di tempat dimana kalian mengirimku untuk belajar. Mencari bekal untuk kebahagiaan kami sendiri, kamipun yang akan menuainya, tapi kenapa harus kalian yang berkorban. Berpeluh mengumpulkan uang demi makan kami, pakaian kami, kebutuhan tak penting kami, kebahagiaan hati kami.
                  Ayah , ibu. Aku masih terus menangis. Teringat ketika aku tak serius belajar, tak semangat pergi ke sekolah, menghabiskan uang untuk yang tak perlu dan tak seijinmu. Dan ketika kalian bertanya , aku bahkan menjawab dengan keluhan, merasa lelah, merasa sakit, merasa tidak bahagia, merasa telah menjalani hidup paling sengsara. Hingga membuat kalian disana tak tega mendengarnya,,.
                 Ayah , ibu. Dan apa yang telah aku berikan untukmu ? pernah aku menghitung rupiah-rupiah yang telah kalian kirimkan setiap bulannya , belum ditambah uang jajan dan yang lain, dan sesekali aku masih meminta yang lain lagi. Itu banyak sekali. Rupiah itu mungkin akan tergantikan nanti, tapi pengorbanan kalian, aku tak akan mampu menggantikannya.  Dan apa yang telah aku berikan untukmu hingga saat ini?
            Ayah, ibu. Maafkan lah jika aku hanya bisa menghadirkan tangis, mengadirkan kemarahan, dan  kekecewaan. Maafkanlah aku jika hingga sejauh ini aku tak banyak belajar, tak banyak mengerti harapan-harapanmu.  Jika aku terkadang pulang tanpa membawa tawa. Maaf kan lah bu, maafkanlah.,
Ayah , ibu. Tentu aku tidak akan terus begini, terus tak berarti untuk kalian. Terus merisaukan hati kalian. Tentu tidak bu, tentu tidak..
             Ayah, ibu. Entah sejak kapan, tapi aku memang sudah merancang mimpi, ingin sekali mencipta senyum untukmu, membuatmu benar-benar bangga pada hadirku, dan benar-benar tertawa karena kebahagiaan yang dapat  aku bawa.
              Aku bertanya kapan itu terjadi ? pada-Nya aku memintanya. InsyaAllah itu akan terjadi, aku yakin.  Membayangkan kalian tersenyum di sana,,, disana,,, di tempat yang indah. Di tempat yang nanti akan kita kunjungi berlima, di Ramadhan yang mulia, dengan senyum kita yang mengembang,.
                Aku membayangkannya bu,. Aku sudah membayangkannya, kau tersenyum, ayah juga tersenyum, dan dua kakakku juga tersenyum, dan aku tersenyum. Kita berlima akan pergi bersama,..
Aku sudah memohonkannya pada Allah, semoga diijabahi, semoga keridhoannya segera menyertai, memberiku jalan untuk mewujudkan itu. 
            Tunggulah bu, sebentar lagi, aku berjanji sebentar lagi. Tunggulah bu, tunggulah aku untuk pulang membawa kabar itu untukmu,...
         Ayah , ibu. Aku tidak akan bertahan dengan mimpi-mimpi ini, karena aku akan segera mewujudkannya. InsyaAllah, biidznillah. Sertailah aku dengan do’amu.  
Ayah , ibu.,


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita Masih diperjalanan

Salah Tujuan